TANJUNG SELOR - Produksi perikanan tangkap dan budidaya di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mengalami tren kenaikan yang signifikan.
Produksi perikanan tangkap di Kaltara sebesar 33.699 ton. Terjadi kenaikan 30 persen. Di mana sebelumnya hanya 25.804 ton. Rata-rata laju pertumbuhan produksi perikanan tangkap selama 5 tahun terakhir 14,79 persen, dengan nilai produksi mencapai Rp 890 miliar.
Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang menjelaskan, produksi perikanan budidaya sebesar 642.010 ton. Rata-rata laju pertumbuhan produksi perikanan budidaya selama 5 tahun terakhir 9,18 persen, dengan nilai produksi mencapai Rp 2,52 triliun.
“Masih terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada sektor kelautan dan perikanan. Di antaranya pada bidang perikanan tangkap, yang masuk di Wilayah Pengelolaan Perikanan Nasional Republik Indonesia (WPPNRI) 716. Dengan kuota penangkapan 626.045 ton per tahun,” jelasnya, Kamis (5/1).
Untuk produksi perikanan tangkap sebesar 33.699 ton per tahun. Artinya Provinsi Kaltara hanya mampu mengeksploitasi 50 dari kuota penangkapan yang telah ditentukan. Hal itu terjadi, karena mayoritas kapal penangkapan ikan berukuran di bawah 10 Gross Ton (GT) dengan jumlah 9.893 unit dan beroperasi di bawah 6 mil laut. Serta rendahnya keterampilan nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap ikan.
“Pada bidang perikanan budidaya berdasarkan hasil pemetaan data dan luas tambak di Kaltara 129.000 hektare. Sementara data luas tambak yang aktif 15.000 hektare, dengan jumlah nelayan pembudidaya 4.746 nelayan. Artinya baru termanfaatkan sebesar 20 persen,” terang Zainal.
Adapun produksi budidaya kepiting masih rendah dengan 33 ton per tahun. Sehingga perlu dilakukan penelitian atau pengembangan lebih lanjut. Kemudian kebutuhan benur untuk menunjang budidaya di Kaltara per tahun mencapai 9 miliar. Sementara yang dapat dihasilkan baru sekitar 20 persen. Hal ini dapat terjadi karena tambak tradisional belum ada sentuhan teknologi. Permintaan pasar yang tinggi terhadap udang windu, bandeng dan kepiting.
“Ada juga permasalahan benur, hal ini terjadi karena belum adanya balai benih udang di Kaltara,” tuturnya.
Ke depan, menurut Zainal, Pemprov Kaltara akan mencari solusi dari setiap masalah yang ada. Sehingga, produksi kelautan dan perikanan di Kaltara bisa meningkat. (fai/uno)