TANJUNG SELOR -Berdasarkan data, Tanjung Selor menjadi wilayah dengan inflasi tertinggi di Indonesia, yakni 9,11 persen.

Tingginya inflasi di Tanjung Selor, disebabkan inflasi harga beras, tarif angkutan udara, Bahan Bakar Minyak (BBM), cabai rawit, bahan bakar rumah tangga, daging ayam ras, dan cabai merah. Menyikapi hal itu, Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Zainal Arifin Paliwang mengatakan, inflasi Tanjung Selor perlu diturunkan. Sejumlah upaya telah dilakukan, khusus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan. 

“Sudah dilakukan upaya oleh kabupaten dan kota. Memang perlu upaya ekstra,” ujarnya, Kamis (3/11).

Jika berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, inflasi disebabkan oleh harga sembako maupun BBM. Menurut Zainal, penyebab utama atau indikator utama karena jalur transportasi atau infrastruktur jalan yang saat ini sulit dilintasi. Jalan Poros Bulungan-Berau menjadi faktor utama. Sebab BBM maupun sebagian sembako yang ada di Tanjung Selor berasal dari Berau.

Sementara, pengiriman ke Tanjung Selor terkendala jalan poros yang tengah dikerjakan Kementerian PUPR. Akibatnya, pengiriman BBM terlambat, sembako jadi mahal karena persoalan ongkos angkut dan kondisi jalan yang sulit dilintasi. Jika hujan, jalan itu akan berlumpur. Sehingga untuk mobil yang membawa sembako maupun BBM, dengan beban yang berat harus memperhatikan kerawanan kecelakaan.

“Itu indikatornya. Kalau yang lain normal saja. Ini yang menjadi faktor utama. Sehingga ada keterlambatan pengiriman, harga ongkos angkut pasti naik karena mereka memikirkan kondisi yang ada saat ini,” tuturnya.

Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi masalah ongkos angkut. Pemprov Kaltara berencana mensubsidi ongkos angkut dari Berau ke Tanjung Selor. Sehingga harga sembako di Tanjung Selor tidak akan melambung tinggi.

“Kita berupaya bagaimana subsidi angkut barang di Bulungan. Hanya barang yang diangkut menggunakan transportasi, kita upayakan subsidi angkutnya,” harapnya. (fai/uno)