NUNUKAN-Usai melaksanakan diskusi panel bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara), 19 peserta Diklat Sesdilu Kementerian Luar Negeri (Kemendagri) angkatan ke-27 menuju ke beberapa lokasi yang menjadi fokus tinjauan.

Lokasi yang dituju meliputi pembangunan Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) Tanah Kuning-Mangkupadi, Kawasan Mangrove Tana Tidung, PLBN Sei Pancang Sebatik, dan Desa Long Bawan Kecamatan Nunukan.

Khusus di PLBN Sei Pancang, ada 5 peserta yang mewakili kelompok pertanian, konektivitas-TIK, dan Parekraf. Setelah menempuh perjalanan sungai-laut selama tiga jam, rombongan tiba di Pelabuhan Sei Nyamuk dan langsung mengunjungi destinasi wisata Pantai Indah di Desa Tanjung Aru Kecamatan Sebatik Timur, Rabu (26/10) pekan lalu.

Koordinator Muhammad Sadri menjelaskan kunjungan ini sebagai bentuk proses pembelajaran, bagi peserta diklat. Mendalami potensi daerah dan yang dapat dikembangkan serta dikerjasamakan ke dunia internasional.

“Terkait pertanian, mungkin nanti ada pertukaran petani antar negara, kita juga ada. Jadi petani kita dikirim ke luar negeri, untuk berbagi ilmu kepada petani di sana. Sebaliknya petani luar datang ke tempat ini, untuk belajar dan mengajarkan sistem yang baru,” terangnya.

Menurutnya Kaltara yang sudah genap berusia 10 tahun, terus menunjukkan geliat pembangunan. Ia berharap, peserta Sesdilu dapat ikut andil memberikan saran dan berdiskusi yang dapat dibantu dan dikerjasamakan. Termasuk potensi yang ada di Sebatik dapat dipromosikan.

Sementara itu, menyikapi kehadiran peserta Diklat Sesdilu, Ketua Gapoktan Abdullatif merasa senang karena dikunjungi para diplomat muda ini. Kunjungan ini memberikan motivasi kepada para petani, dengan pengalaman yang dibagikan para peserta. Sehingga dapat diaplikasikan di lapangan, khususnya di bidang pertanian.

“Karena memang kita ini (petani) butuh informasi mengembangkan pertanian. Bagaimana bisa memberikan inovasi yang lebih baik lagi,” harapnya.

Desa Tanjung Aru mewakili gambaran kurang lebih dari desa-desa yang ada di Sebatik. Para petani menyampaikan beberapa kendala yang dialami. Di antaranya harga pupuk yang mahal, kurangnya minat masyarakat setempat untuk memanen padi. Karena sebagian besar masyarakat beralih menjadi buruh rumput laut.

Di lain pihak, salah seorang peserta Sesdilu, Haidi Nur Hasfi menjelaskan, konflik antara Rusia-Ukraina berdampak pada harga pupuk. Adanya potensi wisata, jika area pertanian ini dipadukan dengan wisata kuliner. Baginya, mulai dari langkah kecil nantinya akan berdampak ke depan.

Tim Diklat Sesdilu menyempatkan menuju rumah unik di perbatasan. Rumah yang berdiri di atas tanah Indonesia-Malaysia. Bahkan Tim Diklat pun mengunjungi Patok Perbatasan Indonesia-Malaysia BP-02. Termasuk berkunjung ke tugu perbatasan yang menjadi ikon masyarakat. Tugu yang bertuliskan NKRI Harga Mati ini merukan suatu pengingat. Bahwa masyarakat Indonesia yang ada di perbatasan memiliki rasa nasionalisme tinggi.

Tim pun berkesempatan ke PBLN Sei Pancang yang terletak di Sebatik Utara. Sesdilu turut bersinergi guna mendukung visi misi Gubernur Kaltara, mewujudkan Kaltara yag Berubah, Maju, dan Sejahtera. (dkisp)