TARAKAN - Latihan bersama (Latma) Kekar Malaysia Indonesia (Malindo) ke-45 secara resmi ditutup, Senin (31/10).

Pangdam VI Mulawarman Mayjend TNI Tri Budi Utomo bersama Komandan Infanteri Brigade Tentera Darat Malaysia (TDM) Brigjend Suhaimi Bin Shamsuddin memimpin upacara penutupan, di halaman Mako Batalyon Raider 613 Raja Alam.

Dalam pelatihan tersebut Kodam VI Mulawarman menerjunkan 175 prajurit dan pendukung 100 prajurit. Infanteri Brigade TDM 120 prajurit ditambah 5 orang pengawas.

“Ada sekitar 400 prajurit yang terlibat dalam latihan bersama. Beberapa materi latihan yang sudah disepakati bersama, sebelum pelaksanaan sudah dilakukan dengan baik,” ujar Pangdam VI Mulawarman Mayjend TNI Tri Budi Utomo.

Salah satu materi yang sudah disepakati, mulai dari pengambilan keputusan dilaksanakan komandan dan staf. Latihan taktik dan tempur sudah dilaksanakan, pertolongan dalam evakuasi keadaan peperangan dan latihan menembak. Semua terakumulasi dalam latihan yang dilaksanakan secara bersama.

Tujuan latihan, selain meningkatkan profesionalisme prajurit dari Angkatan Darat (AD) Indonesia maupun AD Malaysia. Hal yang paling mendasar, meningkatkan persahabatan dua negara.

“Persahabatan dua negara ini akan terwujud dalam melaksanakan penugasan bersama di perbatasan. Diharapkan, pada saat melakukan penugasan di perbatasan, sehingga negara kita dan Malaysia dalam keadaan stabil. Tidak ada permusuhan dan berjalan lancar,” harapnya.

Evaluasi dari strategi dan taktik, sebenarnya tidak ada dengan lingkup kecil dan semua berjalan baik. Namun, pihaknya menginginkan dalam latihan selanjutnya nanti bisa memperbanyak jumlah prajurit, sesuai pada saat penugasan. “Kalau di kami sekitar 400 sampai 500 prajurit, jika memang tidak sebanyak itu. Tapi ya ditingkatkan dari jumlahnya diperbesar lagi,” ungkapnya.

Dalam Latma ke-45 ini, Pangdam menyebutkan untuk di Indonesia sudah pelaksanaan ke-23 kali dan di Malaysia 22 kali. Bentuk latihan di tahun ini masih sama seperti di tahun sebelumnya. Sehingga pihaknya berharap, ada peningkatan latihan dengan penambahan jumlah prajurit dalam Latma selanjutnya.

“Latihan ini Brigadir Infanteri kita dan Malaysia. Sehingga pengerahan Alutsista (alat utama sistem senjata) kecil saja untuk mendorong pergerakan mereka. Tapi lebih cenderung senjata kecil. Namun, ini implementasi dari latihan yang di perbatasan. Pelaksanaan penugasan di perbatasan tidak menggunakan Alutsista besar,” tuturnya.

Sementara itu, Komandan Infanteri Brigade TDM Brigjend Suhaimi Bin Shamsuddin mengatakan, melihat latihan yang sudah dilakukan, perlu ada evalusi. Seperti penambahan untuk sebuah perbaikan, tentang apa yang harus dilakukan dalam Latma selanjutnya.

“Latma ke-45 kali dibuat yang sama, perlu berevolusi. Saya akan berbincang dengan Pangdam dan saya punya markas besar untuk ke arah yang lebih. Karena ancaman yang kita hadapi, bukan ancaman antara dua negara yang bermusuh. Tetapi lebih kepada ancaman kecil yang berlaku,” tegasnya.

Ancaman kecil pun bisa dalam bentuk terorisme, dari segi masalah oknum yang masuk dan mengganggu kedaulatan kedua negara dalam unit yang kecil. Melalui Latma ini, sekaligus melakukan persiapan menghadapi semua bentuk ancaman.

“Bukannya peperangan mengarahkan konvensional, tetapi menghalang dari segi counter insurgency (penumpasan pemberontakan). Saya nampak itu yang lebih relevan sekarang. Terlebih lagi antara kedua negara tidak ada apa-apa masalah di perbatasan. Tetapi apa yang kita hadapi pidana yang kecil, senantiasa mengganggu gugat di Sempadan,” tutupnya. (sas/uno)