TARAKAN - Pertamina sudah memberlakukan wajib menggunakan barcode, untuk setiap pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, sejak Juli lalu.
Di Tarakan, barcode melalui aplikasi MyPertamina sudah mulai diterapkan sejak awal Oktober untuk pembelian BBM jenis Pertalite dan Bio Solar. Sales Branch Manager Rayon V Kaltimut Pertamina Depot Tarakan Azri Ramadan Tambunan menyebutkan, jumlah kendaraan yang sudah terdaftar di aplikasi MyPertamina sebanyak 4.648 kendaraan. Data per 10 Oktober ini, pendaftaran untuk BBM jenis Pertalite sebanyak 3.369 unit dan Bio Solar 1.279 unit.
“Sudah dilaksanakan di SPBU untuk penggunaan barcode. Pendaftar ini orang yang merasa memang berhak mendapatkan subsidi. Jadi, tidak semuanya. Kalau misalnya orang yang sudah mampu, ekonominya menengah ke atas misalnya. Mobilnya Alphard misalnya, tentu saja sudah di atas rata-rata ya, tidak kami sarankan mendaftar,” jelasnya, Selasa (11/10).
Melalui barcode ini pemerintah semakin memperketat pengawasan distribusi BBM bersubsidi dengan teknologi digital. Terlebih lagi proses pendaftaran cukup ketat. Mulai dari wajib memasukkan identitas, hingga memberikan gambar kendaraan yang akan didaftarkan. Verifikasi dilakukan di pusat, untuk memastikan kendaraan yang didaftarkan bukan termasuk kendaraan mewah.
Infonya, dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) akan mengeluarkan regulasi tentang konsumen yang akan mendapatkan bahan bakar bersubsidi, melalui jenis cc kendaraan. Namun, untuk saat ini verifikasi juga berada di pusat. Sehingga Pertamina memberikan keleluasaan masyarakat untuk mendaftar.
“Ada penambahan kuota Pertalite dan Bio Solar sekitar 2 sampai 3 persen. Penyaluran kami sebelum pertambahan kuota memang sudah melebihi kuota. Jadi lebih kepada penyesuaian. Penyaluran kami sudah lebih daripada sebelumnya,” tegasnya.
Usulan penambahan kuota bukan dari Pertamina. Melainkan dari pemerintah dan Pertamina bergerak sebagai operator. Artinya, jika ada penambahan dari pemerintah, maka Pertamina hanya menjalankan perintah.
Sementara itu, Pengawas SPBU Gunung Lingkas Heri mengatakan sejak barcode diberlakukan sebenarnya tidak ada kesulitan dan pengendara pun sudah terbiasa. Sosialisasi sudah dilakukan cukup lama, mulai dari data dan menunjukkan barcode. Sebelum melakukan pengisian bahan bakar Pertalite dan Bio Solar.
“Nomor polisi kendaraannya juga kami tulis, kemudian menunjukkan barcode. Kalau sudah ada barcode baru keluar bahan bakarnya. Maksimal roda empat Rp 200 ribu dan roda 6 maksimal Rp 330 ribu per hari untuk Bio solar. Pembeliannya juga online dari Pertamina mengawasi,” tuturnya.
Bagi masyarakat yang tidak memiliki barcode, langsung diarahkan untuk melakukan pendaftaran di stan Pertamina yang ada di SPBU. Waktu pembelian sebelum diberlakukan barcode juga bertambah. Namun ia katakan hanya berkisar 2 menit.
“Belum terbiasa pakai alatnya, kadang jaringan juga jadi kendala kalau gangguan, tapi jarang. Kalau tak ada masalah cepat saja,” ungkapnya.
Sementara itu, Roni salah seorang sopir angkot yang membeli Pertalite mengatakan, tidak memiliki kesulitan saat mendaftarkan kendaraan roda empat melalui aplikasi MyPertamina. Namun, ia mengakui ada keterbatasan membeli bahan bakar membuatnya menghemat penggunaan bahan bakar.
“Sehari Rp 200 ribu, sedangkan kami kan harus keliling Tarakan cari penumpang. Tapi, ya kami sih berharap adanya pembatasan berarti pengawasan BBM subsidi jadi tepat sasaran,” harapnya. (sas/uno)