TARAKAN –Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Tarakan sudah menyiapkan rute alternatif, untuk mengantisipasi lonjakan penonton pada perayaan puncak Festival Iraw Tengkayu 2022 di Pantai Amal, hari ini (8/10).

Adanya rute tersebut melihat antusias masyarakat, yang menonton pawai budaya, pada Kamis (6/10) lalu. “Atas dasar itu, kami melaksanakan pengalihan arus. Untuk menganitisipasi antusiasme masyarakat. Bisa saja antusiasme lebih dari jumlah penonton pawai budaya. Terlebih lagi, kegiatan dipusatkan di tempat wisata,” jelas Kapolres Tarakan AKBP Taufik Nurmandia melalui Kasat Lantas, AKP Rully Zuldh Fermana, Jumat (7/10).

Menurutnya, tingkat kerawanan pengendara cukup tinggi saat melintas di tanjakan Gunung Amal. Sebab tanjakan tersebut sangat panjang, berbelok dan terjal. Ada juga beberapa ruas jalan yang rusak dan tidak nyaman dilalui pengendara.

Ia menegaskan, akan memberlakukan jalan satu arah dari kota menuju Pantai Amal. Sementara dari Pantai Amal yang akan pulang menuju perkotaan, harus melewati Jalan Padat Karya, Kelurahan Mamburungan, Tarakan Timur.

Rapat sebelumnya bersama Pemkot Tarakan dan stakeholder lain, sudah menetapkan jalur VIP. Lalu untuk fasilitas jalan sudah diperbaiki. Terutama jalan yang dekat Universitas Borneo Tarakan.

“Inshaallah sudah bisa digunakan dua lajur. Kalau sebelumnya kan kendaraan bergantian. Ini bisa membantu arus pengemudi ke Pantai Amal,” ungkapnya.

Waktu pemberlakukan satu arah diterapkan mulai pukul 09.00 Wita hingga kondisi kendaraan sudah lancar. Karena bertepatan di hari libur, kemungkinan tidak ada kendala bagi masyarakat untuk berkendara.

Personel Satlantas Polres Tarakan ditempatkan di tanjakan Gunung Amal, pertigaan Pantai Amal Baru dan Pantai Amal Lama, di sekitar area panggung festival serta di Jalan Padat Karya. Namun jika ada penumpukan kendaraan di titik lain, maka personel Satlantas akan ditambah untuk melakukan pengaturan jalan.

Total, ada 14 personel Satlantas Polres Tarakan yang akan mengatur jalan. Ditambah dari personel Polsek Tarakan Timur dan Satuan Samapta. Pihaknya mengantisipasi kerawanan kendaraan saat menanjak di Gunung Amal. Sebab, kemampuan masing-masing kendaraan dalam posisi menanjak sangat berbeda. Tergantung dari cubicle centimeter (CC) kendaraan tersebut.

“Kalau memang pengemudi kurang cakap, saya khawatirkan terjadi salip menyalip di tanjakan dan itu sangat berbahaya. Contohnya ada mobil di depan tidak kuat menanjak, tentu ada risiko mobil yang berada dibelakangnya. Sehingga memerlukan kelihaian pengemudi. Untuk menentukan pilihan, menunggu atau menyalip,” tuturnya.

Lebih lanjut, kata Rully, akan memberi teguran dan imbauan bagi pengendara mobil pikap yang mengangkut orang. Namun, pihaknya akan memberi toleransi jika ada kondisi darurat.

“Sebenarnya saat pawai budaya, kondisinya hampir sama (mengangkut orang di atas mobil pikap). Kalau memang keadaannya seperti ini, kami buat kebijaksanaan. Kalau kami temukan, pasti akan kami hentikan dan ingatkan,” tutupnya. (sas/uno)