TARAKAN -Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tarakan melakukan Evaluasi Unit Pelayanan Publik (EUPP), terkait standar pelayanan. Dari 153 layanan tahun lalu, dipadatkan menjadi 135 untuk layanan yang diberikan.

Kepala KPP Pratama Tarakan Gerrits Parlaungan Tampubolon menjelaskan, pelayanan sekarang ini sudah lebih mudah. Jika sebelumnya harus dilayani sendiri-sendiri. Tapi saat ini sudah bisa dijadikan satu.

Namun, yang wajib diberikan untuk kantor layanan seperti KPP Pratama ada sebanyak 83 layanan. “Jadi, kami berikan tambahan menjadi 135, dipadatkan supaya lebih efektif dan efisien untuk wajib pajak,” terangnya, Jumat (9/9).

Ada 24 inovasi kemudahan pelayanan kepada stakeholder. Mulai dari layanan komprehensif, tahun ini diberi nama Si Lebah dengan layanan berbasis layanan aplikasi menggunakan barcode, untuk mencari aturan hingga kebutuhan informasi. Mulai dari call center dan call representatif KPP Pratama.

“One stop service, semua informasi yang dibutuhkan ada. Zaman sekarang harus browsing kemana-mana. Tapi dengan Si Lebah ini kami harapkan wajib pajak yang berurusan tinggal masuk layanan. Bisa tanyakan informasi laporan sebelumnya. Seperti tracking layanan sektor swasta,” jelasnya.

Selain itu, ada inovasi jemput bola dengan mendatangi wajib pajak (WP). Selain kantor layanan di Tarakan, ada juga kantor layanan di Nunukan dan Pos di Sebatik. Mesti sudah memiliki kantor layanan dengan posisi terjangkau. Akan tetapi, masih ada WP yang tidak ke kantor pajak dengan sejumlah alasan.

Sehingga, pihaknya mendatangi wajib pajak melalui program jemput bola. Konsep dasar jemput bola ini, bisa ke instansi yang membutuhkan bantuan. “Komitmen kami, tak akan keluar dari standar layanan yang harusnya diberikan. Begitu keluar dari layanan, maka orang yang mendapatkan layanan minor akan kami tempel terus supaya tidak mengalami kejadian serupa,” bebernya.

Pelayanan KPP Pratama Tarakan, hampir seluruhnya berbasis online. Kendala yang dihadapi di lapangan, biasanya mengubah pola pikir masyarakat. Untuk membiasakan diri lebih maju dan berubah ke basis digital.

“Kalangan milenial menggunakan jaringan online lebih untuk yang dibutuhkan. Misalnya entertain atau dunia kerja. Jadi, belum terlalu mau gunakan layanan online. Tapi, kalau Si Lebah yang melalui WhatsApp itu, ada call centernya dan sudah banyak terlayani,” tuturnya. (sas/uno)