TIDENG PALE - Produk lokal khas daerah di Kabupaten Tana Tidung (KTT) masih belum terakomodir secara keseluruhan. Bahkan, untuk metode pemasaran yang digunakan selama ini masih mengandalkan branda media sosial (Medsos).
Produk khas daerah tersebut seperti makanan ringan, batik, sesingal, jenis anyaman yang didesain dalam bentuk tas, keranjang dan sejenisnya. Adanya produk khas daerah, dapat memudahkan bagi tamu dari luar KTT untuk mencari buah tangan atau oleh-oleh.
Pemerintah daerah pun menginisiasikan untuk menempati bangunan khusus, dalam memamerkan produk daerah. Dikarenakan saat ini belum adanya gedung untuk menampung produk daerah, maka memanfaatkan bekas gedung KNPI sebagai pusat galeri.
Kepala Disperindagkop KTT Hardani Yusri mengatakan penempatan gedung itu digunakan sebagai pusat galeri pada bulan ini. Gedung itupun akan diubah desain dan warna catnya. Akan tetapi, untuk mengubah atau renovasi gedung tersebut, masih terbentur anggaran. Untuk mensiasatinya, maka digunakan dana swadaya.
“Iya, memang pembentukan pusat galeri ini arahan dari Bupati ke kami. Mengenai penataan pelaku UKM dan IKM, supaya ketika ada yang mencari oleh-oleh khas daerah, kita telah menyiapkan,” terang Hardani, kemarin (19/1).
Dipilihnya gedung KNPI, merupakan hasil dari keputusan rapat bersama. Dengan pertimbangan, tempat tersebut letaknya strategis dan mudah dijangkau.
“Insya Allahbulan ini akan kita aktifkan. Kebetulan banyak para pelaku UMKM yang telah dilakukan pembekalan dan pelatihan. Salah satunya membatik,” ungkapnya.
Menurutnya, penggunaan baju batik daerah diwajibkan bagi ASN telah disepakati bersama. Sudah ada regulasi Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur itu. Adanya regulasi itu, banyak ASN yang mempertanyakan untuk mendapatkan baju batik khas daerah.
“Ketika itu dibuka (Pusat Galeri), konsekuensinya para pengrajin harus bisa memenuhi permintaan pasar. Karena sementara ini produksinya bisa dikatakan masih terbatas,” tuturnya.
Untuk pemenuhan itu, bidang perindustrian sudah komunikasikan kepada pengrajin. “Nanti akan dikumpulkan pada suatu tempat berupa galeri. Setidaknya dari skala produksi diwajibkan memenuhi permintaan konsumen,” jelasnya.
Diharapkan dengan dibukanya galeri tersebut bisa mengakomodir para pelaku usaha dan pengrajin produk khas daerah. Tidak menutup kemungkinan, jika produksi dari pengrajin ini banyak, sasaran pasarnya bukan kalangan ASN dan warga KTT saja. Melainkan akan menyasar ke perusahaan-perusahaan yang beroperasi di KTT.(*/mts/uno)