TARAKAN– Berita duka datang dari Kota Tarakan. Musibah kebakaran yang terjadi di RT 3, Kelurahan Sebengkok, Kecamatan Tarakan Tengah, sekitar pukul 10.42 Wita, kemarin (26/10), diperkirakan menghanguskan 38 rumah warga.
Warga pun dibuat panik, dengan kobaran api yang terjadi. Selain rumah yang ludes dilahap si jago merah, kerugiaan material yang dialami para korban ditafsir cukup besar. Pasalnya, saat terjadi kebakaran, banyaknya warga yang tidak sempat menyelamatkan barang-barang.
Seperti yang dialami salah seorang korban Zais Syurgawi. Saat terjadi kebakaran, dia bersama istri dan keempat anaknya berada di dalam rumah. Rumahnya tersebut dijadikan kios sembako. Zais dikagetkan setelah mendengar teriakan warga, bahwa ada kebakaran.
Tanpa pikir panjang, ia kemudian mengambil surat-surat penting di dalam rumah dan langsung mengevakuasi anak dan istrinya. “Tadi (kemarin, Red) posisi saya sedang menimbang gula di kios. Hanya surat-surat saja yang saya selamatkan. Kemudian langsung membawa anak dan istri ke tempat yang aman,” ucapnya.
Saat kejadian, api dengan cepat membakar rumahnya yang terbahan kayu. Kobaran api sulit dipadamkan, karena angin laut yang cukup kencang. Sehingga, api pun menjalar ke rumah warga lain. Akibatnya, puluhan rumah dengan cepat terbakar.
“Api dari depan dan di situ juga merupakan akses jalan utama. Kalau mau selamatkan barang harus putar ke Pasar Batu, tapi jalannya kecil. Makanya banyak warga yang hanya menyelamatkan diri saja,” ungkapnya.
Zais mengakui mengalami kerugian sekitar Rp 200 juta. Barang berharga miliknya ikut terbakar, tidak bisa diselamatkan. Kios sembako yang digunakan untuk berjualan ludes oleh si jago merah. “Mau bagaiman lagi kalau sudah begini. Yang penting saya bisa selamatkan anak dan istri. Kalau barang berharga itu nanti bisa dicari lagi,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan Asrul. Meski jarak rumahnya dengan awal mula api cukup jauh, namun saat kejadian ia lebih fokus menyelamatkan keluarganya. Tidak hanya melihat api yang dengan cepat merembet. Namun ia merasa kesulitan membawa barang-barang berharga dari rumahnya, lantaran jalan untuk keluar cukup sempit.
“Jadi saya tidak terpikir bawa barang. Cuma bawa baju di badan saja terus selamatkan anak dan istri. Panik juga tadi, karena anak saya baru 4 bulan, jadi langsung saya selamatkan,” bebernya.
Sementara itu, petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Tarakan juga mendapati beberapa korban menderita sesak nafas. Sekretaris PMI Cabang Tarakan Amrin menjelaskan, korban mengalami trauma dan sesak nafas karena kaget rumahnya terbakar. PMI Tarakan menurunkan sebanyak 20 orang untuk petugas medis dan non medis, terbagi di beberapa titik.
“Ada juga salah seorang petugas PMK yang mengalami luka pada jari sebelah kanan. Pengakuan petugas, karena terjatuh kemungkinan akibat terkena serpihan kaca. Lukanya tidak begitu parah, jadi kami langsung penanganan di lapangan saja dengan peralatan yang kami miliki,” jelasnya.
Pihaknya juga mempersiapkan tabung oksigen, di sekitar area lokasi kebakaran untuk mengantisipasi adanya petugas atau masyarakat yang kekurangan oksigen. Jadi penanganan awal, sebelum dirujuk ke mobil ambulans atau dibawa ke rumah sakit.
“Kalau yang sesak, kami tangani tidak lama. Setelah 10 menit, sudah kembali normal pernapasannya. Cuma kondisi masih syok, jadi kami tenangkan dulu. Pengakuan korban, saat keluar tak membawa apa-apa dan belum bertemu keluarga. Kami sarankan standby di ambulans dulu,” ujarnya.
Ia mengakui, ada 8 orang yang sempat mendapatkan perawatan medis di ambulans PMI. Ada warga yang mengalami syokk hingga luka-luka. Satu diantaranya mengalami luka tusuk dan luka sayat pada kaki, sehingga dirujuk ke Puskesmas Sebengkok. (sas/uno)